ads by google |
Danau Toba adalah sebuah danau
vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang
terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau
terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah
pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah
tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang, Berastagi dan Nias, menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Adapun sejarah singkatnya : Diperkirakan Danau Toba terjadi
saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano
(gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan
Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang
dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan
2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2
minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina
sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran
debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut. Kejadian ini menyebabkan
kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut
beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar
60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia.
Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih
memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian
terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan
ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Puncak
kejayaan Danau Toba pada tahun 1996. Dengan tingkat kunjungan dikabarkan
mencapai 4juta wisatawan, baik wisatawan nusantara ataupun mancanegara, Kasus
asap tebal yang mengganggu penerbangan pada tahun 1997 mengakibatkan turunnya
jumlah kunjungan ke Dana Toba. Jumlah kunjungan ke Danau Toba makin menurun
setelah krisis ekionomi yang kemudian berlanjut dengan krisis politik di
Indonesia pada tahun 1998. Sejak itu hingga saat ini jumlah wisatawan ke Danau
Toba makin menurun, apalagi semakin parah isu-isu perusakan lingkungan akibat
tercemarnya air danau dengan limbah makanan ikan tambak apung maupun sampah
dari kegiatan perumahan dan pariwisata. Dibandingkan dengan destinasi lainya di
Indonesia , pariwisata Danau Toba termasuk sangat lamban di dalam pemulihan
jumlah kunjungan.
Kunci utama pembenahan pariwisata Danau Toba
sebenarnya terletak di tangan masyarakat sendiri. Menurunnya jumlah kunjungan
seharusnya dapat ditahan jika saja para pelaku pariwisata, masyarakat dan
pemerintah daerah mau duduk bersama, mengidentifikasi masalah, menggali ulang
tensi yang ada, mengidentifikasi kebutuhan, menyamakan visi, serta menyusun
strategi dan rencana aksi menuju masa depan yang lebih cerah. Semua pihak harus
sadar bahwa penurunan jumlah wisatawan telah berdampak buruk pada perekonomian lokal.
Karena mengurangi pendapatan masyarakat dari pariwisata, menurunkan kesempatan
kerja dan pendapatan daerah. Oleh karena itu di perlukan gerakan bersama untuk
melakukan perubahan, mulai dari berfikir positif hingga konsistensi dalam
melestarikan tempat dan wilayah sendiri. Tampaknya,
Pemerintah perlu meningkatkan kinerjanya di bidang pariwisata. Di Sulawesi
Utara (Sulut) misalnya, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulut menurun
drastis pada tahun 2010 hingga triwulan I tahun 2011. Menurut berita tersebut,
pada tahun 2010 data kunjungan turis asing hanya 20.045 orang, atau turun dua
kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 51.977 orang. Hingga triwulan
I-2011, Januari hingga Maret, kunjungan wisatawan asing baru 4.000 orang. Oleh karena
itu pemerintah mempunyai rencana untuk membangun perbaikan system transportasi.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam
kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus
diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana
kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan
keterpaduan jaringan.
Perbaikan sistem transportasi dengan
pembukaan lintas-lintas baru akan mengakibatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi
dari kawasan yang dihubungi atau terhubung dengan sistem pelayanan yang baru
berdampak terhadap : Penurunan biaya produksi; menaikkan nilai jual produk
yang dihasilkan serta akan mendorong investasi baru masuk kekawasan tersebut. Dengan
adanyanya pelayanan penyeberangan yang dianggap sebagai jembatan apung
menyeberangi laut dan dikaitkan dengan jaringan jalan membentuk jaringan jalan
antar pulau. Banyak
pelaku pariwisata yang mengeluh, akibat kemajuan industri pariwisata yang tidak
menunjukkan perkembangan significan serta dinilai kurang berpeluang dalam
membuka usaha baru untuk meningkatkan ekonomi keluarga, kata Syamsudin di
Lumbanjulu, hari ini.Dikatakan, dalam mengembangkan industri pariwisata
sekaligus mendongkrak kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara, Pemerintah
daerah setempat perlu membenahi berbagai infrastruktur, terutama sejumlah ruas
jalan menuju objek wisata di sekitar kawasan pinggiran Danau Toba.Menurut dia,
berbagai kekurangan dalam pembenahan infrastruktur yang menunjang kemajuan
industri pariwisata, merupakan kelemahan yang menjadi kendala utama, sehingga
perkembangannya tidak bisa secara simultan di daerah berpenduduk 175.277 jiwa
itu. Syamsudin mencontohkan, jika infrastruktur menuju kawasan wisata taman
Eden di Desa Lumbanrang Kecamatan Lumbanjulu lebih diperbaiki, akan semakin
banyak lagi wisatawan yang berkunjung dan berarti pendapatan daerah akan
meningkat. Untuk itu, dia berharap, pemerintah Kabupaten Toba Samosir (Tobasa)
dan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat bersinergi dalam membangun
infrasktruktur menuju kawasan wisata di daerah tersebut, mengingat potensinya
yang sangat besar untuk dikembangkan. Sebab, kata dia, industri pariwisata
merupakan salah satu sektor potensial untuk dikembangkan, apalagi didukung
sumber daya alam serta keindahan Danau Toba, sebagai sebuah danau vulkanik terbesar
di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, Kadis Pariwisata Tobasa, Robert
Pardede menyebutkan, hingga saat ini pihaknya terus berupaya untuk memajukan
industri pariwisata di daerah tersebut. Namun, capaian yang dihasilkan belum
maksimal, akibat berbagai hal, karena semuanya membutuhkan proses agar hasilnya
bisa seperti yang diharapkan. Butuh perencanaan matang untuk mewujudkan
kemajuan pengembangan pariwsata di daerah Tobasa, dan pencapaian hasilnya tidak
segampang membalikkan telapak tangan, katanya. Data dari Dinas Pariwisata
Tobasa tercatat, jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut pada 2011
sebanyak 129.519 orang, terdiri dari 14.833 wisatawan manca Negara dan 114.686
wisatawan domestik.
sumber:
kenapa engga karangan
BalasHapus